World #SuicidePrevention Day, Mari Kenali dan Cegah Bunuh Diri

Kematian adalah hal yang menakutkan bagi sebagian besar manusia. Namun, ada manusia yang menginginkan kematian pada dirinya karena beberapa hal. Saya pernah mengalami kehilangan pasien karena bunuh diri dan kisah singkatnya dapat disimak di story instagram pada gambar-gambar di bawah.

Kebanyakan dari mereka adalah manusia lanjut usia yang jauh dari keluarga, mengidap penyakit kronis, dan kehilangan pekerjaan utama mereka. Mereka yang tadinya bukan merupakan orang mampu, menjadi semakin miskin. Hal-hal semacam ini membuat mereka merasa tidak berguna dalam menjalani hidup, merasa merepotkan saudara dekat mereka dan pada akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Setelah saya telusuri berita mengenai bunuh diri, ternyata kasus bunuh diri tidak hanya dialami oleh pasien yang putus asa, penyakitan, lanjut usia dan lain sebagainya. Di belahan dunia lain, banyak juga dokter -muda, kaya, berpendidikan tinggi, disukai banyak orang- yang memilih jalan bunuh diri (Baca : Why ‘Happy’ Doctors Die by Suicide).

Mereka bekerja setiap hari untuk menyenangkan hidup orang lain (pasien,red), namun tidak ada yang memotivasi mereka untuk menjadi lebih senang. Dokter yang pintar, terampil, dan menyenangkan akan makin banyak mengundang pasien dan dokter makin dituntut untuk meng-entertain mereka. Akibatnya, jam kerja makin tinggi dan terjadilah kelelahan fisik dan mental. Begitu mereka melakukan kesalahan sedikit, maka stress akan makin meningkat. Stress akan makin parah jika pasien (dan keluarganya) makin mudah menuntut dokter yang berbuat salah.

Menurut data, dokter yang paling banyak mengalami ide bunuh diri dan melakukan bunuh diri adalah mereka yang banyak berhadapan dengan kematian. Contoh paling banyak tentunya spesialis anestesi dan dokter yang bekerja di UGD.

Lalu, bagaimana solusinya? Saya bukan ahli mengenai masalah ini, namun saya mengusulkan beberapa hal terkait pengalaman yang sudah saya alami :

  1. Edukasi untuk coping masalah. Jika masalahnya adalah penyakit kronis, maka si sakit harus disadarkan mengenai penanaganan yang baik baginya. Tingginya jam kerja harus diimbangi dengan waktu untuk piknik bersama keluarga dan teman.
  2. Pendekatan agama sangatlah penting, namun harus diusahakan agar tidak menggurui. Terutama untuk orang tua, makin tua akan makin ngeyel. Membacakan dalil-dalil kepada mereka terutama oleh orang yang lebih muda malah akan meningkatkan ke-ngeyel-an mereka.
  3. Anak harus sering mengunjungi orang tuanya. Tingkatkan kualitas dan kuantitas kedekatan kepada mereka.
  4. Bagi mereka yang kehilangan pekerjaan (misalnya petani yang tidak lagi mengerjakan sawahnya karena sakit), harus dicarikan alternatif pekerjaan lain yang menyenangkan dan ringan. Menganggur akan mengakibatkan depresi dan meningkatnya resiko bunuh diri.

  

 

     

  

Taken from IG @dewantoyusuf